Translate

Rabu, 27 Maret 2013

R U L E S

Jumat, 20 Maret 2009


Dalam kehidupan yang di "hidup" i dengan beraneka ragam orang, pikiran, pandangan, budaya dlsb, menjadikan setiap orang "unique" dalam berperan sebagai karakter manusia.

Tak ayalnya juga, dalam kehidupan di bumi kita tercinta, indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, ada begitu banyak RAS, SUKU, ADAT, BUDAYA dlsb, bisa membuat orang2 tersebut dalam konteks yang dinamakan "indonesia".

Memang akan ada "gesekan", yang dijamin 100% ada. Tapi ga akan "rumit" kalo mereka kembali ke peradaban "semula" yang telah di bentuk, di deklarasikan, di umumkan bahwa kita ini adalah satu. Yaitu "indonesia"...

Skema penjelasan di atas hanyalah upaya pe-nyamaan metodologi yang komplexif, yang mungkin tanpa di jelaskan pun semua orang tahu. Tapi mungkin dalam pengaplikasian dalam kehidupan "bersama" bisa sangat-sangat berbeda.

Setiap orang bisa berdiri dengan "opini" nya untuk bisa berjuang hidup. Bahkan bisa dilihat bahwa dia "bertahan" dan "hidup". Malahan "opini" nya tersebut menjadi "panutan" bagi orang2 yang laen, agar memiliki "hidup" seperti dia.

Malah ada orang yang dianggap "gila" karena keteraturannya dalam "hidup" dan "ide" serta "pandangan" bahkan "pendapat" nya di kalangan publik, di "era" nya. Tapi yang menarik, "ide", "pandangan" dan "pendapat" menjadi "kitab suci" bagi orang-orang yang hidup di "era" jauh dari "era" si "gila".

Apakah ada kemunduran "adab" ? Apakah orang merasa, sudah "biasa" menjadi fenomena yang bisa ditolerir.

Sepertinya "pakem" itu berubah seiring berjalannya waktu. Benarkah? Terimakasih banyak atas kunjungan anda. Salam Jepit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.