Mungkin
buat sebagian orang sering bermimpikan untuk menjadi seseorang yang
lebih berguna baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain, bahkan
mungkin dapat berbuat untuk bangsa dan Negara. Tidak pernah ada
keraguan, ataupun kerugian jika ingin berbuat lebih, dan lebih dan lebih
lagi, baik untuk diri sendiri atau untuk ‘mu’. Manfaat positif yang
akan kita dapat akan terlalu banyak, mulai dari sikap untuk selalu
introspeksi diri, mencari kekurangan diri sendiri agar kekurangan dalam
diri bisa di kikis sedikit demi sedikit, dan mengembangkan kelebihan
kita.
Hal
yang perlu diwaspadai saat kita sudah bergerak telalu jauh, bergerak
terlalu cepat, bahkan bergerak terlalu singkat, menjadi seseorang yang
diagung-agungkan banyak orang. Terkadang orang-orang tersebut, sangat
sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi yang baru
tersebut.
Sehingga
terlalu banyak teman-teman seperjuangan yang menjadi lebih ‘arogan’,
menjadi lebih ‘individualisme’ yang sangat merugikan baik diri mereka
sendiri, lingkungan ataupun bagi negara. Sungguh bukan merupakan sikap
yang seharusnya muncul atau patut ditonjolkan.
Selain
itu juga, terlalu sering mereka menyalahgunakan kewenangan hanya untuk
kepentingan mereka sendiri, entah pikiran dan maksud apa yang mereka
ingin capai. Tapi hal ini sungguh-sungguh ada dan terjadi di depan
kepala kita sendiri.
Kekayaan
negarapun mulai diperjual-belikan, terlalu banyak pundi-pundi yang
seharusnya buat rakyat tapi malah menguap. Dengan jalan seperti apapun
akan dilakukan, untuk terus mengeruk dan menimbun kekayaan.
Indonesia,
adalah negeri yang SANGAT KAYA. Dengan kekayaan kita sendiripun jika
kita mengisolasi diri, tidak akan kekurangan. Dengan syarat, semua aspek
dalam hajat hidup orang banyak kembali dipegang dan dikuasai oleh
negara.
Mulai
dari hal yang sederhana saja, logam-logam mulia, pertambangan dan
energi, perhutanan dan pertanian, dan kekayaan laut kita.
Jika
kita melirik, negara tetangga sebelah, China, segala bentuk bahan baku
dikuasai oleh negara. Mulai dari hal yang kecil, ‘Plastik’, dikuasai
sepenuhnya oleh negara, agar mereka mereka yang memanfaat bahan dasar
tersebut selalu mendapatkan harga standar yang stabil dari pemerintah.
Apalagi
jika keseluruhan barang-barang yang merupakan hajat hidup orang banyak,
benar-benar di pegang oleh pemerintah sendiri, industri akan selalu
terbantu, dan tidak perlu kuatir akan pergolakan harga yang tidak
menentu.
Itu
adalah salah satu contoh konkret yang mungkin jika tercapai Indonesia
bisa bersaing dengan negara tetangga kita yang semakin menggurita dan
mendunia. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia bisa?
Indonesia
bisa! Itu mungkin jawaban yang dari diri pribadi penulis. Jika memang
ingin seperti negara tetangga, kita benar-benar harus mempersiapakan
dari awal, dengan target yang tidak bisa tidak dipungkiri, bisa mencapai
tahunan atau puluhan tahun mendatang.
Bagaimana
jika aku menjadi presiden, mencoba untuk berpikir untuk yang lebih
besar. Untuk negara. Mungkin hal yang pertama yang harus dilakukan
adalah pembenahan undang-undang yang berat sebelah, diganti dengan
undang-undang yang lebih tegas, jelas, dan terarah.
Terlalu
banyak contoh-contoh di televisi, mereka yang ingin memberikan
informasi atau melaporkan tentang penyalahgunaan malah mendekam dalam
tahanan. Memang benar, ada sutradara dari hal-hal tersebut agar tidak
mengusik the Master.
Hal
lain, memberikan mental tanggung jawab untuk negeri, dalam arti,
mengembalikan kekayaan negara untuk negara dan merata seluruh Indonesia.
Mungkin dengan begini, apa yang disebut individualism akan runtuh,
sehingga, mereka benar-benar bekerja untuk negara, untuk rakyat.
Saat
undang-undang jelas, wakil rakyat sudah sadar, tinggal memberikan
kepercayaan kepada para bisnis-men untuk mengelola dan memberikan iklim
usaha di negeri, baik untuk pengentasan pengangguran, pengentasan
kemiskinan, dan juga memberikan iklim industry yang sehat.
Dan
perbankan mulai memberikan kemudahan untuk dunia industry, perdagangan,
pertanian, usaha mikro, yang kesemuanya untuk menjalankan roda ekonomi
Indonesia, sehingga penyerapan tenaga kerja menjadi lebih tinggi.
Tapi hal yang wajib dan tidak bisa diganggu-gugat adalah pertanian, kehutanan, industry property.
Hari
semakin hari, dunia pertanian dan kehutanan semakin menyempit,
tergantikan dengan gedung-gedung, baik pengembang perumahan, pengembang
industry Mall, bahkan tegantikan dengan industry lain.
Tidak
salah, jika Indonesia harus sampai mengimpor beras, padahal dulunya,
kita digadang-gadangkan sebagai negara agraris, pemasok beras dan ketan,
bagaimana dengan sekarang? Kita harus mengimpor beras dari negara
tetangga, sungguh ironi.
Sewajarnya
pemerintah memberikan pemetaan lahan untuk pertanian, kehutanan dan
sector industry baik perumahan, perusahaan, pengembang, sehingga mereka
tidak mengganggu sector yang lain yang lebih primer. Menilik Indonesia
di 50 tahun mendatang, akan terlalu sesak dengan perumahan dan pertanian
dan hutan menjadi terkikis.
Hanyalah sebuah gelitik pemikiran, jika aku menjadi. Kira-kira apa yang ada dipikiranmu? Terimakasih banyak atas kunjungan anda. Salam Jepit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.