Translate

Rabu, 27 Maret 2013

Jika aku menjadi PRESIDEN

Mungkin buat sebagian orang sering bermimpikan untuk menjadi seseorang yang lebih berguna baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain, bahkan mungkin dapat berbuat untuk bangsa dan Negara. Tidak pernah ada keraguan, ataupun kerugian jika ingin berbuat lebih, dan lebih dan lebih lagi, baik untuk diri sendiri atau untuk ‘mu’. Manfaat positif yang akan kita dapat akan terlalu banyak, mulai dari sikap untuk selalu introspeksi diri, mencari kekurangan diri sendiri agar kekurangan dalam diri bisa di kikis sedikit demi sedikit, dan mengembangkan kelebihan kita.

Hal yang perlu diwaspadai saat kita sudah bergerak telalu jauh, bergerak terlalu cepat, bahkan bergerak terlalu singkat, menjadi seseorang yang diagung-agungkan banyak orang. Terkadang orang-orang tersebut, sangat sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi yang baru tersebut.


Sehingga terlalu banyak teman-teman seperjuangan yang menjadi lebih ‘arogan’, menjadi lebih ‘individualisme’ yang sangat merugikan baik diri mereka sendiri, lingkungan ataupun bagi negara. Sungguh bukan merupakan sikap yang seharusnya muncul atau patut ditonjolkan.

Selain itu juga, terlalu sering mereka menyalahgunakan kewenangan hanya untuk kepentingan mereka sendiri, entah pikiran dan maksud apa yang mereka ingin capai. Tapi hal ini sungguh-sungguh ada dan terjadi di depan kepala kita sendiri.

Kekayaan negarapun mulai diperjual-belikan, terlalu banyak pundi-pundi yang seharusnya buat rakyat tapi malah menguap. Dengan jalan seperti apapun akan dilakukan, untuk terus mengeruk dan menimbun kekayaan.

Indonesia, adalah negeri yang SANGAT KAYA. Dengan kekayaan kita sendiripun jika kita mengisolasi diri, tidak akan kekurangan. Dengan syarat, semua aspek dalam hajat hidup orang banyak kembali dipegang dan dikuasai oleh negara.

Mulai dari hal yang sederhana saja, logam-logam mulia, pertambangan dan energi, perhutanan dan pertanian, dan kekayaan laut kita.

Jika kita melirik, negara tetangga sebelah, China, segala bentuk bahan baku dikuasai oleh negara. Mulai dari hal yang kecil, ‘Plastik’, dikuasai sepenuhnya oleh negara, agar mereka mereka yang memanfaat bahan dasar tersebut selalu mendapatkan harga standar yang stabil dari pemerintah.

Apalagi jika keseluruhan barang-barang yang merupakan hajat hidup orang banyak, benar-benar di pegang oleh pemerintah sendiri, industri akan selalu terbantu, dan tidak perlu kuatir akan pergolakan harga yang tidak menentu. 

Itu adalah salah satu contoh konkret yang mungkin jika tercapai Indonesia bisa bersaing dengan negara tetangga kita yang semakin menggurita dan mendunia. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia bisa?

Indonesia bisa! Itu mungkin jawaban yang dari diri pribadi penulis. Jika memang ingin seperti negara tetangga, kita benar-benar harus mempersiapakan dari awal, dengan target yang tidak bisa tidak dipungkiri, bisa mencapai tahunan atau puluhan tahun mendatang.

Bagaimana jika aku menjadi presiden, mencoba untuk berpikir untuk yang lebih besar. Untuk negara. Mungkin hal yang pertama yang harus dilakukan adalah pembenahan undang-undang yang berat sebelah, diganti dengan undang-undang yang lebih tegas, jelas, dan terarah.

Terlalu banyak contoh-contoh di televisi, mereka yang ingin memberikan informasi atau melaporkan tentang penyalahgunaan malah mendekam dalam tahanan. Memang benar, ada sutradara dari hal-hal tersebut agar tidak mengusik the Master.

Hal lain, memberikan mental tanggung jawab untuk negeri, dalam arti, mengembalikan kekayaan negara untuk negara dan merata seluruh Indonesia. Mungkin dengan begini, apa yang disebut individualism akan runtuh, sehingga, mereka benar-benar bekerja untuk negara, untuk rakyat.

Saat undang-undang jelas, wakil rakyat sudah sadar, tinggal memberikan kepercayaan kepada para bisnis-men untuk mengelola dan memberikan iklim usaha di negeri, baik untuk pengentasan pengangguran, pengentasan kemiskinan, dan juga memberikan iklim industry yang sehat.

Dan perbankan mulai memberikan kemudahan untuk dunia industry, perdagangan, pertanian, usaha mikro, yang kesemuanya untuk menjalankan roda ekonomi Indonesia, sehingga penyerapan tenaga kerja menjadi lebih tinggi.

Tapi hal yang wajib dan tidak bisa diganggu-gugat adalah pertanian, kehutanan, industry property.
Hari semakin hari, dunia pertanian dan kehutanan semakin menyempit, tergantikan dengan gedung-gedung, baik pengembang perumahan, pengembang industry Mall, bahkan tegantikan dengan industry lain.
Tidak salah, jika Indonesia harus sampai mengimpor beras, padahal dulunya, kita digadang-gadangkan sebagai negara agraris, pemasok beras dan ketan, bagaimana dengan sekarang? Kita harus mengimpor beras dari negara tetangga, sungguh ironi.

Sewajarnya pemerintah memberikan pemetaan lahan untuk pertanian, kehutanan dan sector industry baik perumahan, perusahaan, pengembang, sehingga mereka tidak mengganggu sector yang lain yang lebih primer. Menilik Indonesia di 50 tahun mendatang, akan terlalu sesak dengan perumahan dan pertanian dan hutan menjadi terkikis.

Hanyalah sebuah gelitik pemikiran, jika aku menjadi. Kira-kira apa yang ada dipikiranmu? Terimakasih banyak atas kunjungan anda. Salam Jepit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.