Translate

Jumat, 27 Mei 2016

New Hope from Stem Cell Research Piper - Tokyo, Jepang

Kemajuan ilmu kedokteran saat ini tidak bisa dilepaskan dari istilah "stem cell". Hampir berbagai riset di seluruh dunia selalu melibatkan si stem cell tersebut. Apa sih stem cell tersebut?
Stem cell merupakan sel yang mempunyai karakteristik mampu me-regenerasi dirinya sendiri (self renewal) dan mempunyai potensi berkembang menjadi sel sel lain yang punya fungsi lebih khusus (pluripotent). Gampangnya, kita semua ini berasal dari sel embryo yang sudah dibuahi yang lalu berkembang membentuk berbagai organ tubuh manusia. Nah, sel dengan kemampuan berkembang macam macam inilah yang disebut stem cell (lebih tepatnya, embryonic stem cell).


Surface Detail of a Human Embryonic Stem Cell
Kenapa selalu ada pro kontra terhadap penelitian stem cell tersebut?
Secara garis besar stem cell ada 2 jenis, embryonic stem cell (ESC) dan adult stem cell (somatic stem cell). Ketidaksetujuan penggunaan stem cell dalam riset terutama dipicu dari penggunaan embryonic stem cell yang dianggap membunuh calon manusia dan akhirnya menyenggol masalah bioethics yang tidak habis habisnya diperdebatkan.

Ini pernah saya ceritakan sebelumnya di rumah lama KoKi (http://community.kompas.com/read/artikel/1295).

Kemampuan embryonic stem cell untuk berkembang menjadi berbagai jaringan baru di tubuh memberi harapan baru untuk mengatasi penyakit penyakit yang selama ini tidak bisa disembuhkan seperti kegagalan fungsi jantung, paru paru, atau liver. Juga kelumpuhan karena kerusakan saraf, parkinson dan alzheimer. Lebih jelasnya, silahkan lihat lagi artikel sebelumnya.

Karena terbentur masalah bioethics ini, para peneliti beralih menggunakan adult stem cell. Tapi sayang, kemampuan adult stem cell untuk berkembang menjadi organ baru terbatas dibandingkan dengan embryonic stem cell.

Hematopoietic stem cells isolated from human bone marrow Adult stem cell ini contohnya kalau kita luka di kulit. Nah, di bawah kulit sana akan ada signal yang merangsang adult stem cell di kulit untuk berkembang membentuk kulit baru. Sayangnya, kemampuan ini tidak ada di organ organ penting seperti jantung, ginjal atau saraf misalnya. Sekali rusak, ya sudah tidak bisa diperbaharui. Itulah sebabnya embryonic stem cell yang masih mempunyai kemampuan berkembang tak terhingga menjadi objek penelitian baru di ilmu kedokteran, yang sayangnya terbentur masalah bioethics.

Baru akhirnya pada tahun 2006 dr. Yamanaka (Japan) berhasil menemukan cara menemukan cara untuk merubah adult stem cell pada mouse supaya memiliki karakteristik embryonic stem cell. Penelitian ini dilanjutkan di tahun 2007 menggunakan human adult stem cell dan hasil serupa juga diumumkan oleh dr. Thomson (USA). Sel baru ini dinamakan Induced Pluripotent Stem Cell (iPS). Dengan hanya menambahkan 4 jenis gen, yang dikenal sebagai "Yamanaka's four factors", mereka mampu membuat adult stem cell menjadi seperti embryonic stem cell. Mereka menggunakan adult stem cell dari kulit, diberi 4 faktor tersebut, dan sel kulit yang sudah di metamorfosis tersebut ternyata bisa berkembang menjadi sel organ tubuh lain seperti usus, tulang, otot juga saraf! Tentu saja hasil penelitian ini segera menarik perhatian berbagai pihak. Selain menjanjikan, juga aman dari kontroversi bioethics.

Bulan Januari ini ada lagi hasil penelitian yang menjanjikan dari penggunaan iPS cell tersebut di bidang liver research. Dari 2 laboratorium yang berbeda, diberitakan mereka berhasil menginduksi adult stem cell dari kulit (mouse and human skin fibroblast) untuk berkembang menjadi sel liver. Sel liver biakan mereka tersebut juga dibuktikan mempunyai karakteristik yang cocok dengan sel liver normal. Meski penelitian masih terus berlanjut, ini tentu penemuan yang memberikan harapan baru dalam bidang pengobatan penyakit liver.

Pada gambar disamping ini, ditunjukkan kalau embryonic mouse liver yang dihasilkan dari iPS cell (right) memiliki gambaran yang sama dengan mouse normal liver (left)

Minggu lalu saya mendapatkan kabar duka cita dari keluarga di Indonesia. Seorang sepupu suami saya yang usianya pun belum genap 40 tahun menghembuskan nafas terakhirnya setelah kurang lebih satu bulan berjuang menghadapi penyakit hati yang dideritanya. Hatinya mengeras dan mengecil (saya tidak pernah ketemu, jadi saya duga ini cirrhosis hepatis) yang merupakan stadium lanjut dari penyakit liver.

Liver merupakan organ internal terbesar manusia dengan berat sekitar 1.5 kg. Fungsi liver sangat penting karena di situlah hampir semua proses metabolisme tubuh manusia berlangsung, dari sintesis protein, pemecahan dan pembentukan gula darah, metabolisme lemak (termasuk sintesis kolesterol dan trigleserida), pembentukan zat pembekuan darah dsb. Tidak heran, yang punya masalah terhadap kolesterol biasanya tes fungsi hati juga tidak baik (SGOT/SGPT cenderung meningkat).

Sampai saat ini belum ada organ lain yang mampu menggantikan fungsi liver jika ia rusak, sementara transplantasi liver masih sangat terbatas jumlahnya serta masih dihantui dengan penolakan tubuh terhadap organ donor.

Jika penelitian di atas sungguh bisa memberikan hasil nyata, semoga kelak nanti akan semakin banyak pasien seperti sepupu suami saya itu atau cak Nur (cendekiawan muslim yang meninggal di tahun 2005 karena gagal liver) yang akan tertolong.

Tanpa penelitian tidak akan ada ilmu baru dan akhirnya tidak ada harapan baru. Hasil penelitian baru biasanya paling cepat bisa dinikmati oleh negara yang bersangkutan. Seorang teman suami yang kebetulan bersekolah di Jepang berhasil terselamatkan nyawanya, padahal sudah divonis tinggal hitungan bulanan, berkat riset yang sedang dijalankan di salah satu RS pendidikan. Ia dibebaskan dari biaya pengobatan karena masih bersifat riset, dan ternyata hasilnya sukses.

Semoga bidang riset juga bisa semakin berkembang di Indonesia sehingga pasien pasien di Indonesia tidak lagi setengah mati mencari upaya pengobatan termaju di luar negeri dan tidak lagi hanya pasrah menunggu hasil riset terbaru dari negara lain. Semoga.\ Salam sehat,
Piper-Tokyo

References:
  • Tayeb KS, Noto FK, Nagaoka M, et al. Highly efficient generation of human hepatocyte-like cells from induced pluripotent stem cells. Hepatology 2010,51:297-305.
  • Sullivan Gj, Hay DC, Park IH, et al. Generation of functional human hepatic endoderm from human induced pluripotent stem cells. Hepatology 2010,51:329-335.
  • Takahashi K, Tanabe K, Ohnuki M, et al. Induction of pluripotent stem cells from adult human fibroblasts by defined factors. Cell 2007,131:861-872.
  • Yu J, Vodyanik MA, Smugga-Otto K, et al. Induced pluripotent stem cells lines derived from human somatic cells. Science 2007,318:1917-1920.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.