Translate

Jumat, 27 Mei 2016

Menelisik Transplantasi Stem Sel

Sunday, 26 October 2008 18:49
Transplantasi stem sel menjadi solusi mutakhir bagi penyakit-penyakit berat.

Teknik pengobatan dalam dunia kedokteran terus berkembang. Seakan tidak ingin dikalahkan penyakit berat, para peneliti mengembangkan proyek-proyek penelitian demi mencari pengobatan terbaik bagi kesehatan manusia, salah satunya transplantasi stem sel.

Salah satu tujuan dibuat stem sel adalah untuk keperluan riset agar para ahli makin mengenali proses perkembangan awal kehidupan manusia yang tidak dapat diamati di rahim. Stem sel juga digunakan untuk riset, percobaan obat-obat baru untuk mengetahui kemujarabannya beserta efek sampingnya, dan terapi gen.


Stem sel atau sel induk adalah sel yang dalam perkembangan embrio manusia menjadi sel awal yang tumbuh menjadi berbagai organ manusia. Stem sel memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, dan sel pankreas. Stem sel juga mampu meregenerasi dirinya sendiri. Menurut The Official National Institute of Health Resource for Stem Cell Research, stem sel ini ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh.

Berdasarkan sumbernya, sel induk dibagi menjadi zigot, yaitu tahap sesaat setelah sperma bertemu sel telur. Adapun stem sel embrionik adalah sel yang diambil dari inner cell mass, suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastocyst yang berusia lima hari dan terdiri atas seratus sel. Sel ini dapat berkembang biak dalam media kultur optimal menjadi berbagai sel, seperti sel jantung, sel kulit, dan saraf.

Sumber lain adalah stem sel dewasa, yakni sel induk yang terdapat di semua organ tubuh, terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan. Tubuh kita mengalami perusakan oleh berbagai faktor dan semua kerusakan yang mengakibatkan kematian jaringan dan sel akan dibersihkan. Stem sel dewasa dapat diambil dari fetus, sumsum tulang, dan darah tali pusat.

Sel induk embrionik maupun sel induk dewasa sangat besar potensinya untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, seperti infrak jantung, stroke, parkinson, diabetes, berbagai macam kanker; terutama kanker darah dan osteoarthritis. Stem sel embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak.

Keuntungan sel induk dari embrio di antaranya ia mudah didapat dari klinik fertilitas, bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh, berumur panjang karena dapat berpoliferasi beratus kali lipat pada kultur, reaksi penolakan juga rendah. Namun, sel induk ini berisiko menimbulkan kanker jika terkontaminasi, berpotensi menimbulkan penolakan, dan secara etika sangat kontroversial.

Sebenarnya transplantasi stem sel bukanlah teknik pengobatan baru di dunia kedokteran. Lebih dari 70 tahun lalu, teknik ini telah dicoba pada pasien, yang hingga saat ini berjumlah 5 juta orang. Teknik transplantasi stem sel ini tidak selalu berhasil. Kesulitan mencari mamalia yang sehat dan tidak berpotensi menyebarkan penyakit dan kesulitan menciptakan stem sel yang dapat beradaptasi dengan sistem imun penerima menjadi masalah umum pengobatan ini.

Prof Michael Molnar, ilmuwan Amerika yang menciptakan stem sel dari seekor kelinci pada 1998 mengatakan mamalia seperti kelinci memiliki jenis sel yang serupa dengan manusia. Tak sembarang kelinci, kelinci yang diambil selnya adalah pilihan yang telah diteliti selama 30 generasi. 

Dalam seminar Stem Cell Transplantation sebagai Alternatif Terapi Pengobatan Berbagai Penyakit (13/10), Prof Molnar menjelaskan hasil riset bersama tim di Bio-Cellular Research Organization (BCRO) di Swiss sejak 1976 dengan menerapkan good manufacturing practice (GMP) dan pengalaman klinis transplantasi. Ia menyimpulkan setiap pasien dengan penyakit berat perlu diberi rangsangan untuk regenerasi sel dari organ yang rusak. 

Sampai saat ini lebih dari 5.000 pasien dari seluruh dunia telah menerima transplantasi stem sel dari organisasi penelitian bioselular bimbingan Prof Molnar ini. Managing Director BCRO
Indonesia dr. Suharto mengatakan stem sel yang akan ditransplantasikan, dimasukkan ke dalam tubuh manusia melalui injeksi pada organ yang selnya akan diganti.
Kabar gembiranya, kini di Indonesia terapi transplantasi stem sel sudah dapat dilakukan di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta Selatan sejak awal tahun ini. Ketua Tim Transplantasi RS Pondok Indah Jakarta Dr Mulyono S mengatakan, hingga saat ini telah melakukan transplantasi stem sel kepada 18 pasien yang sebagian besar penderita Diabetes Mellitus.

Dr. Suharto menambahkan, Majelis Ulama Indonesia tidak melarang sistem pengobatan stem sel karena menggunakan sel binatang halal (kelinci). Keunggulan lainnya, stem sel kelinci temuan Prof Molnar sangat adaptable (mudah beradaptasi) dengan tubuh manusia.

Pengobatan transplantasi stem sel selangkah lebih maju dibandingkan transplantasi organ secara langsung. Pada transplantasi organ perlu diperhatikan risiko operasi pembedahan, keterbatasan pendonor, dan reaksi penolakan si penerima organ. Khusus untuk mengatasi reaksi penolakan, si penerima diwajibkan makan obat penekan imunitas/immunosupresan seumur hidup.

Sedangkan pada transplantasi stem sel reaksi penolakan tidak terjadi. Otomatis, pasien tidak perlu mengonsumsi obat immunosupresan. Kehadiran terapi transplantasi stem sel ini membawa harapan baru pada pasien penyakit berat antara lain diabetes tipe 2 dan campuran, down syndrome, infertilitas, defisiensi hormon, penyakit autoimun, parkinson, kelainan defisiensi imunitas seperti AIDS bahkan kanker.

"Walaupun transplantasi stem sel adalah pilihan pengobatan terakhir. Bukan berarti stem sel adalah 'obat dewa' yang dapat menyembuhkan semua jenis penyakit," kata Prof Molnar. Dia mencontohkan pada kasus penyakit jantung koroner. Terapi stem sel tidak dapat mengatasi penyumbatan darah pada koroner. Yang dapat dilakukan adalah regenerasi sel pada jaringan otot jantung yang rusak dan merangsang pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis). Stem sel dapat ditanam pada salah satu cabang arteri koronaria yang tersumbat atau dengan pendekatan angiography ke dalam otot jantung yang mengalami kerusakan.

Keberhasilan terapi transplantasi stem sel sangat tergantung dengan kondisi pasien. Setiap penerima donor wajib menjalani prosedur detoksifikasi dengan cara tidak mengonsumsi obat, alkohol, rokok, dan tidak tinggal di daerah yang energi elektromagnetiknya kuat. "Penerima stem sel harus memiliki lingkungan sesehat mungkin agar stem sel yang ditanam dapat hidup. Mengingat stem sel itu adalah sel muda yang sangat sensitif terhadap segala jenis toksin. Penanaman stem sel harus sesegera mungkin karena hanya bertahan selama tiga hari. Penerima stem sel perlu dirawat pasca transplantasi selama 10 hari." urai dr Suharto.

Mengingat prosedurnya yang sulit dan tingkat keakuratannya yang tinggi, transplantasi stem sel tentu tidak murah. Tapi bila dibandingkan dengan transplantasi organ yang mengeluarkan biaya operasi pembedahan dan pembelian obat immunosupresor seumur hidup, rasanya transplantasi stem sel menjadi lebih hemat.

Ironisnya di negara asal penelitian BCRO, Swiss, transplantai stem sel banyak dipalsukan. Oknum tenaga farmasi sering mengaku memiliki bahan sel berwujud padat buatan Jerman, yang akan mencair bila sudah berada di dalam tubuh. Penyuntikan zat yang seolah-olah stem sel ini pastinya tidak akan hidup dan tidak ada manfaatnya. DGR (Berita Indonesia 61)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.