Senin, 23 Mei 2016 05:10
oleh DAHLAN ISKAN
SUKSES ini begitu penting di Amerika. Sukses uji coba transplan penis. Jadi salah satu berita terpenting. Sebab, begitu banyak tentara yang rusak kemaluannya di medan perang. Utamanya di Afghanistan, Iraq, dan sekitarnya. Mereka adalah orang-orang perkasa. Masih muda. Belia. Banyak yang baru 20 tahun. Kuat-kuatnya. Meski tidak mati, tanpa penis bisa ganda penderitaannya: fisik dan psikis.
Uji coba itu dilakukan awal bulan ini. Tepatnya 8 dan 9 Mei lalu. Tempatnya di Massachusetts General Hospital, Boston. Yang memimpin operasi Dr Curtis L. Cetrulo. Yang dioperasi Thomas Manning, bujangan 64 tahun. Setahun lebih muda daripada saya.
Manning harus kehilangan penis karena terkena penyakit kanker. Awalnya bukan kanker. Saat bekerja empat tahun lalu terjadilah kecelakaan ini: Alat berat menimpanya. Dia pengantar barang di sebuah bank dari Halifax, 200 km selatan Boston.
Lama-kelamaan, bentuk penisnya berubah aneh. Ketika dilakukan pemeriksaan, ditemukan kanker. Kanker penile. Kanker langka. Dan ganas. Dan akan segera membunuhnya.
Untuk menyelamatkan nyawanya, tidak ada jalan lain: disunat sampai pangkal. Tertinggal satu inci. Kalau kencing harus duduk. Seperti perempuan. Kalau tidak, air kencingnya menciprat ke mana-mana.
Habislah sudah harapannya. Sebagai laki-laki. Meskipun bujangan. Manning tidak menyembunyikan rahasia itu. "Banyak teman minta saya merahasiakannya, tapi saya tidak mau berbohong," katanya.
Media secara luas mengutip keterbukaannya itu. Dan itu menguntungkannya. Tawaran uji coba transplan dia terima. Sudah tiga tahun tim dokter Massachusetts General Hospital mendalami soal itu. Termasuk uji coba mengambil tissue dari penis enam mayat yang masih segar.
Pengambilan tissue adalah bagian yang paling sulit. Di samping terlalu banyaknya saluran darah menuju penis.
Manning adalah pasien hidup pertama di situ. Hampir 15 jam tim dokter mengerjakan penggantian penis Manning. Sukses. Minggu lalu, setelah keluar dari ruang perawatan, dia merasa segar. Dan lebih percaya diri. "Saya akan jadi pria sebenarnya seperti semula," ujar Manning. Dr Cetrulo terlihat tidak kalah gembira. Keduanya tampil di depan pers yang meliput secara luas.
Transplantasi penis termasuk yang paling rumit. Terlalu banyak saluran darah menuju organ itu. Yang fungsinya membuat gerakan ereksi. Dan gerakan menyengat.
Penis sumbangan yang dipasang untuk Manning diambil dari seseorang yang baru saja meninggal. Sakit biasa. Tidak disebutkan namanya. Atau umurnya. Dan ukurannya.
Memang itu bukan yang benar-benar pertama. Tiongkok pernah mencoba. Tapi gagal. Afrika Selatan juga pernah melakukan. Tapi, yang di Boston ini disebut sukses besar. Artinya: bisa untuk kencing dan yang lainnya itu. Belum sekarang, masih perlu waktu beberapa minggu lagi.
Manning tentu harus minum obat seumur hidupnya. Tacrolimus. Seperti yang saya minum sampai sekarang. Obat itu bertujuan menjaga agar organ baru tersebut bisa bekerja sama dengan badan. Tidak ditolak tuan rumahnya.
Uji coba pun akan dilanjutkan dengan pasien lain: anak muda yang kemaluannya ikut terbakar. Saat terjadi tabrakan mobil. Dia sudah antre di rumah sakit. Tinggal tunggu donor yang cocok dengan badannya. Bukan cocok dalam hal ukuran. Atau warna. Tapi golongan darah, saraf, dan segala macam kesamaan lain.
Kementerian Pertahanan pun serius memikirkan hal tersebut. Perang memang bisa membuat tentara kehilangan tangan. Atau kaki. Tapi, jika kehilangan penis, susahnya berlipat. Untuk dirinya. Dan istrinya. Dan harga dirinya. Dan kejantanannya.
Maka, begitu uji coba untuk kalangan sipil itu dianggap sempurna, sasaran berikutnya adalah veteran perang. Dokter-dokter tentara akan diajari untuk melakukannya. Antara 2011–2013 saja, tentara seperti itu mencapai 1.376 orang.
Manning termasuk beruntung. Bank organ di dekat Boston memiliki stok penis yang cocok. Di AS pun, semula sulit dapat pasokan penis. Orang dengan mudah mendonorkan ginjal atau liver. Tapi penis? Tidak. Keluarga, terutama istri, banyak yang berkeberatan. Jangankan mendonorkan, meminjamkan pun akan berkeberatan.
Tim dokter begitu berterima kasih kepada Manning, yang mau bercerita blak-blakan. Bahkan mau difoto. Biasanya orang malu. Apalagi, disebut pakai penis yang bukan aslinya. Manning sendiri tahu itu. Bahkan, dia tidak memberi tahu ibu dan tiga saudaranya (satu laki-laki, dua perempuan). Mereka diberi tahu setelah terjadi.
"Saya bicara ini bukan untuk gagah-gagahan," ujar Manning. "Tapi, betapa banyak anak muda yang malu karena tidak punya penis lagi? Ayolah," tambah dia, memberi semangat.
Tentu, kelak, bukan hanya untuk korban kecelakaan. Atau korban perang. Bisa jadi itu new hope juga untuk yang setengah laki-laki. Hanya biayanya yang masih mahal: sekitar Rp 5 miliar.
Maka, bagi yang masih memiliki aslinya dan masih berfungsi dengan baik, bersyukurlah. Diam-diam ternyata Anda memiliki harta karun senilai Rp 5 miliar di dalam celana Anda. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.