Translate

Senin, 06 Juni 2016

Pengubahan air laut menjadi air minum dengan sangat murah dan teknik yang sederhana.

Lynda Delacey  October 19, 2015

Peneliti dari Universitas Alexandria telah mengembangkan perubahan air laut menjadi air minum yang murah, sederhana dan lebih bersih dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini akan memberikan dampak yang sangat besar di daerah pedesaan Timur Tengah dan Afrika Utara, dimana untuk mencari air bersih masih menjadi isu jika kestabilan sosial dan perkembangan ekonomi dapat meningkat. 

Saat ini, proses desalinasi air laut adalah cara yang layak untuk menyediakan air bersih untuk perkembangan populasi, dan pabrik desalinasi saat ini merupakan tumpuan untuk kelangsungan hidup di negara Mesir dan negara Timur Tengah lainnya.

Sebagian besar pabrik ini bergantung pada proses dan tahap-tahap berkesinambungan berdasarkan reverse osmosis, yang memerlukan infrastruktur yang mahal dan listrik dalam jumlah besar. Pabrik ini melepaskan sejumlah besar air garam terkonsentrasi dan polutan lainnya dikembalikan ke lautan dan samudra sebagai bagian dari proses desalinasi, menciptakan masalah bagi lingkungan laut.

Itu sebabnya perlombaan ini untuk menemukan cara hemat energi yang lebih murah, bersih dan lebih dari sekedar penyulingan air laut.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan bulan lalu (Sept 2015) dalam jurnal, Air Science & Technology, peneliti Mona Naim, Mahmoud Elewa, Ahmed El-Shafei dan Abeer Moneer mengumumkan bahwa mereka telah mengembangkan cara baru untuk memurnikan air laut dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat diproduksi dengan mudah dan murah di sebagian besar negara, dan metode yang tidak bergantung pada listrik.

Teknologi ini menggunakan metode memisahkan cairan dan padatan disebut pervaporasi. Pervaporasi sangatlah sederhana, hanya dengan dua langkah proses - langkah pertama melibatkan penyaringan cairan melalui membran keramik atau polimer, sedangkan langkah kedua memerlukan menguap dan mengumpulkan air kental. Pervaporasi lebih cepat, lebih bersih dan lebih hemat energi daripada metode konvensional, paling tidak karena panas yang dibutuhkan untuk tahap penguapan tidak perlu diharuskan dengan elektrik, yang membenani lisitrik dalam jumlah yang besar.

Pervaporasi bukanlah produk baru - itu telah digunakan selama bertahun-tahun lalu. Tapi membran digunakan pada langkah pertama telah mahal dan tergolong rumit untuk memproduksi.Terobosan dalam penelitian ini adalah penemuan dari membran garam yang baru tertanam dengan bubuk selulosa asetat untuk digunakan pada langkah salah pertama proses pervaporasi. Bubuk Selulosa asetat adalah serat yang berasal dari pulp kayu dan, menurut para peneliti, murah dan mudah untuk membuat di laboratorium manapun.

Menurut jurnal tersebut, membran dapat dengan cepat menghilangkan garam air laut yang sangat terkonsentrasi dan memurnikan bahkan air laut buruk terkontaminasi. Hal ini juga dapat digunakan untuk menangkap polutan dan kristal garam untuk meminimalkan pencemaran lingkungan. Membran dapat digunakan dalam situasi yang sangat terpencil, yaitu menggunakan api untuk menguapkan air.

Para peneliti belum membuktikan kelayakan komersial dari produk ini, tetapi jika mereka bisa, itu bisa menjadi alternatif yang menjanjikan bagi negara-negara berkembang di mana air dan listrik adalah sumber daya yang langka.

Sumber: SciDev

Salam Jepit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.