Buku Life Success Triangle pertama kali diterbitkan pada bulan Januari 2010. Lebih dari yang pernah saya bayangkan, Success Triangle ternyata mendapat apresiasi dan sambutan yang tinggi dari berbagai kalangan. Sejak saat itu, saya telah diundang oleh lebih dari seratus institusi perusahaan, untuk memberikan seminar atau pelatihan “Success Triangle Motivation Training”, di berbagai wilayah Indonesia, baik untuk perusahaan lokal maupun perusahaan multi-nasional. Bahkan mendapat kesempatan untuk berbicara hingga ke Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok dan Hong Kong.
Success Triangle berisi tentang tiga pilar kesuksesan sejati, baik dalam karier, bisnis maupun dalam kehidupan keluarga. Pilar pertama adalah Personal Mastery, yaitu kemampuan mengelola dan mengarahkan diri sendiri. Pilar kedua adalahInterpersonal Mastery, yaitu kemampuan membangun dan mengelola hubungan dengan orang lain. Pilar ketiga adalah Spiritual Mastery, yaitu pemahaman yang benar disertai dengan kesungguhan dalam berelasi dengan Tuhan Pencipta dan Pemelihara alam semesta.
Success Triangle ditunjukkan untuk empat kelompok orang. Kelompok pertama adalah orang-orang yang sangat peduli dan giat dalam hal-hal yang berhubungan dengan spiritualitas. Entah karena dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan yang demikian atau secara khusus mempelajari ilmu agama. Sampai tingkat tertentu mereka memiliki pemahaman spiritual yang benar dan secara sungguh-sungguh berusaha menghidupinya.
Mereka sangat tekun dalam kegiatan keagamaan dengan tujuan membangun dan mengelola relasi vertikalnya dengan Tuhan. Mereka bisa mengenakan kalung, anting, dan aksesori lain, bahkan sampai mengenakan kostum yang menjadi simbol keyakinan mereka. Dalam percakapan, mereka mengalirkan kosakata rohani. Dari permukaan, boleh dikatakan bahwa dari sisi spiritual mereka cukup kaya.
Kendati demikian, ketika mereka bekerja atau menjalankan usaha sisi spiritual mereka itu seakan-akan tidak ”nyambung” atau tidak relevan dengan keseharian mereka. Hasil yang mereka berikan sering kali mengecewakan. Saya percaya tipe orang macam ini terdapat dalam semua agama dan aliran kepercayaan. Dari sisi spiritual, sepertinya mereka kaya, tetapi dari sisi personal dan interpersonal mereka ternyata sangat miskin.
Dari sisi personal, ketika bekerja orang-orang ini sering bersungut-sungut, bekerja setengah hati, suka menyalahkan keadaan atau orang lain, melempar tanggung jawab, suka berpikir negatif, tidak memiliki fokus kerja dan sasaran yang jelas, malas, dan banyak bicara tanpa ada solusi dan tindakan nyata. Mereka sering tidak punya disiplin diri dan sejumlah besar di antara mereka sangat cepat menyerah pada suatu kesulitan dengan alasan takdir atau kedaulatan Allah.
Dari sisi interpersonal, kelompok ini sering kali gagal dalam membangun hubungan dengan orang lain. Mereka tidak mampu menempatkan diri dengan baik. Percakapan mereka sering kali tidak menarik. Mereka gagal ketika bekerja dalam sebuah tim. Mereka tidak memiliki empati dan listening skill yang baik. Dan sering kali tidak mau menerima atau menghargai perbedaan. Di kantor dan di masyarakat mereka pun membuat kelompok sendiri dan menjaga jarak dengan orang lain.
Buku ini, saya tulis untuk kelompok orang yang baru saja kita bahas di atas. Saya berharap, melalui buku ini mereka akan menyadari bahwa kesulitan dan kegagalan yang mereka hadapi bukanlah selalu takdir dan kedaulatan Allah. Ada kemungkinan hal itu disebabkan oleh mereka sendiri yang belum mampu mengelola diri sendiri (personal mastery) dan gagal membangun relasi dengan orang lain (interpersonal mastery). Dengan pemahaman yang baru itu, saya berharap mereka menyadari dan mendayagukan semua potensi mereka dengan sebaik-baiknya, demi meraih kehidupan terbaik.
Kelompok kedua adalah orang-orang yang sebaliknya. Dari sisi personal, mereka adalah orang-orang dengan sikap positif, memiliki kepercayaan diri yang kuat, dan sasaran kerja yang jelas. Mereka dikenal sebagai pekerja keras dengan strategi yang tepat dan ketika menghadapi kesulitan atau tantangan, mereka tidak pernah menyerah.
Orang-orang ini datang dari berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda. Tidak jarang mereka memulai perjuangan hidup dari kondisi yang sangat terbatas. Ada yang lahir dari keluarga berantakan; ada yang mengalami pelecehan semasa kecil; ada yang lahir dengan cacat fisik, dan banyak yang lahir dari keluarga miskin.
Kendati demikian, di atas semua keterbatasan itu mereka berjuang dengan ketekunan dan keyakinan diri. Mereka menyadari betapa besar potensi yang mereka miliki, dan dengan disiplin tinggi terus berlatih untuk mendayagunakan segala potensi tersebut. Mereka menempa diri dan mengasah berbagai keterampilan. Akibatnya, mereka menikmati hasil yang berlimpah, baik dalam bentuk materi, kedudukan, maupun popularitas. Kelompok ini bahkan bisa memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kebaikan dunia dan sesama
Orang-orang ini mendapatkan banyak pengakuan dan penghargaan. Namun, saya sayangkan mereka kurang peduli terhadap spiritualitas. Beberapa dari mereka adalah ateis, agnostik, atau menyatakan diri beragama, namun semua itu hanya sekadar tradisi budaya. Tuhan sesungguhnya tidak memengaruhi cara kerja mereka sehari-hari. Kalaupun mereka berelasi dengan Tuhan, ternyata Tuhan yang mereka maksud adalah Tuhan buatan pikiran mereka sendiri. Bagi mereka Tuhan tak lebih dari sekadar alat yang dapat digunakan untuk meraih ambisi dan kesenangan sesaat. Bagi mereka pula saya menulis buku ini, dengan harapan mereka akan menyadari bahwa kekayaan materi tanpa kekayaan spiritualitas akan selalu berakhir dalam kekosongan jiwa.
Kelompok ketiga adalah orang-orang yang tidak memiliki ketiganya. Dari sisi spiritual mereka tidak memiliki keyakinan kepada Tuhan. Dari sisi personal, mereka juga tidak memiliki keyakinan pada diri sendiri. Dan dari sisi interpersonal mereka sering curiga dan sulit percaya kepada orang lain. Bisa dibayangkan, orang-orang dalam kelompok ini menjadi virus dalam perusahaan atau masyarakat.
Karena mereka tidak memiliki optimisme yang cukup mengenai masa depan, mereka cenderung cepat tersulut provokasi negatif. Mereka dapat menghalalkan segala cara untuk bisa menyelamatkan diri. Kelompok ini adalah kelompok terlantar, miskin, dan paling berbahaya. Kepada mereka pula kami membuat audio book ini, untuk menunjukkan arah dan membangkitkan harapan baru bahwa mereka pun memiliki kesempatan untuk berubah dan meraih kehidupan terbaik.
Kelompok empat adalah orang-orang yang dari sisi personal, interpersonal maupun spiritual berjalan seiring dan seimbang. Mereka sangat menyadari bahwa Tuhan telah memberikan potensi dan tanggung jawab kepada mereka. Mereka menyadari pula bahwa kehidupan terbaik hanya mungkin tercapai dengan kerja sama antara Pencipta dan ciptaan, atau antara Tuhan dan manusianya. Ada hal-hal yang merupakan tanggung jawab Tuhan. Namun, ada porsi manusia yang harus ia kerjakan dengan tangung jawab dan disiplin yang tinggi. Hanya ketika keduanya bertemu, kehidupan terbaik itu muncul dalam bentuk yang paling sempurna.
Orang-orang dalam kelompok ini sangat optimistis dan merupakan pemberi kontribusi terbaik dalam perusahaan dan masyarakat. Sampai pada tingkat tertentu, mereka memiliki pemahaman spiritualitas yang benar dan menyadari bahwa mereka dipanggil untuk melakukan pekerjaan besar. Tidak kalah penting, mereka mengerti bahwa mereka mampu melakukan pekerjaan itu.
Saya yakin bahwa kehidupan terbaik setiap manusia hanya bisa didapat melalui ketiga pilar tersebut di atas. Karena itu, sesungguhnya tujuan dari audio book ini adalah membengkokkan sejarah hidup para pendengarnya, beralih dari kelompok 1, 2, dan 3 kepada kelompok 4. Hal ini bukan berarti saya sendiri sudah mampu menghidupi konsep ini secara maksimal. Saya masih jauh dari itu. Namun, bukankah hidup adalah proses belajar seumur hidup?
Kendati demikian, saya menulis buku ini juga untuk orang-orang yang sudah masuk ke dalam kelompok empat. Isi buku ini akan memberikan peneguhan bahwa mereka sudah berada di jalur yang tepat. Karena itu, harapan saya, pencapaian dan kontribusi kita bersama akan jauh lebih hebat lagi di masa-masa yang akan datang.
Buku Ini Ditulis untuk Empat Kelompok Orang
Group | Personal Mastery | Interpersonal Mastery | Spiritual Mastery |
I. Mediocre | ± | ± | ± |
II. Partial and Temporal Success (PTS) | + | + | – |
III. Losers | – | – | – |
IV. Full and Lasting Success (FLS/TS) | + | + | + |
Filsuf Inggris Francis Bacon mengatakan bahwa setiap buku membutuhkan perlakuan yang berbeda. Ada buku yang cukup hanya dicicipi, ada buku yang harus ditelan, dan sebagian kecil harus dikunyah dan dicerna perlahan. Harapan saya Anda tidak sekedar mencicipi atau menelan mentah-mentah apa yang terdapat dalam buku ini. Buku ini akan jauh lebih bermanfaat bila Anda membacanya dengan kritis dan reflektif, sambil menarik relevansinya dalam konteks Anda masing-masing.
Lebih baik lagi jika Anda mengikuti saran seorang filsuf dari Tiongkok bernama Confucius yang mengatakan: “Aku dengar aku lupa. Aku lihat aku ingat. Aku lakukan aku mengerti”. Artinya manfaat dan perubahan akan timbul ketika ada tindakan. Ceritakan apa yang Anda pelajari kepada orang lain, maka ilmu yang Anda kuasai akan lebih melekat. Untuk itu berjanjilah untuk mengambil tindakan pertama setelah selesai mendengar bab-bab dalam buku ini, yaitu ajarkan atau ceritakan kepada minimal satu orang tentang isi bab tersebut.
Walaupun sudah mengupayakannya sebaik dan seringkas mungkin, saya yakin bahwa Anda memiliki pandangan pribadi terhadap isi buku ini, yang jika Anda ungkapkan akan menjadi masukan berharga bagi perbaikannya. Karena itu, saya akan menyambut baik semua masukan dan pendapat Anda. Demikian juga saya akan menyambut baik kisah sukses Anda karena Anda mendapat inspirasi dari buku ini. Dengan tangan terbuka dan hati gembira saya akan menerima umpan balik dan kisah sukses Anda. Anda dapat mengirimkannya melalui email berikut:
Akhir kata, ambil keputusan sekarang juga untuk membuat diri Anda lebih berdaya serta bertanggung jawab untuk pencapaian maksimum dari buku ini. Meskipun tersedia pengetahuan dan alat bantu yang luar biasa, pengetahuan dan alat bantu itu tidak akan menciptakan perubahan. Andalah yang harus melakukan perubahan tersebut dengan bertindak.
Sesungguhnya tujuan buku ini adalah membawa setiap pembaca untuk bergabung dalam kelompok keempat, seperti telah dijelaskan di atas. Bila Anda mengharapkan hal yang sama, silakan melanjutkan pembacaan ke bab berikut. Selamat membaca.
Salam Triangle!
Eloy Zalukhu
Sumber : Eloy Zalukhu
Salam jepit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.